Free Ads Here

Strategi Kamuflase di Balik Warna Hijau Baru Seragam TNI yang Gantikan Empat Dekade Loreng Malvinas

 Tentara Nasional Indonesia (TNI) memutuskan untuk mengganti warna dan corak seragam lama, Loreng Malvinas, yang telah digunakan sejak 1982, tanpa membahasnya terlebih dahulu dengan DPR RI.

Wakil Panglima TNI, Jenderal Budi Revita, sebelumnya menjelaskan bahwa perubahan seragam baru itu berdasar pada Keputusan Panglima TNI yang diteken pada 27 September 2025.

Menurutnya, pakaian dinas lapangan (PDL) baru dirancang agar penyamaran, baik di hutan maupun di medan operasi tertentu, lebih efektif.

“Sekarang kan, namanya kan Loreng Malvinas yang lama, dari tahun 1982. Itu yang pertama. Yang kedua, (fungsinya), jadi kalau kita masuk ke hutan dan sebagainya, ini lebih tersamar," kata Tandyo saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta

Aturan seragam baru itu berlaku untuk semua matra TNI, baik Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), maupun Angkatan Udara (AU).

Komisi I tak diajak

Perubahan seragam TNI di semua matra itu belakangan diketahui tidak dibicarakan pihak militer dengan Komisi I DPR RI.

Komisi I merupakan mitra kerja TNI dan Kementerian Pertahanan.

Mereka rutin membahas berbagai topik, termasuk anggaran pertahanan.

“Soal warna loreng dan sebagainya tidak pernah dikomunikasikan,” kata Hasanuddin saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta

Hasanuddin mengatakan, meskipun Komisi I membahas anggaran dengan pihak TNI, pembicaraan tidak sampai pada detail komponen pengadaan.Pembahasan, kata dia, hanya dilakukan secara global sehingga anggota dewan tidak mengetahui rincian pengadaan barang dan jasa di TNI.

“Jadi kami tidak detail bajunya seperti apa, semeter berapa, warnanya apa, enggak gitu,” ujar Hasanuddin.

Meski tidak dibahas bersama, Komisi I tidak mempersoalkan perubahan seragam TNI.

Harga Tak Berubah

Hasanuddin mengatakan, setiap prajurit TNI berhak menerima dua setel PDL dalam setahun.

“Ya sudah tinggal ganti warna. Harganya sama kan enggak berubah,” ujar Hasanuddin.

Ia mencontohkan, pada 2025, setiap prajurit TNI menerima dua setel seragam lapangan.

Kemudian, pada 2026, mereka juga menerima seragam dalam jumlah yang sama.

Perbedaan hanya terjadi pada corak dan warna yang berganti.

“Sekarang tinggal ganti warna. Harganya sama kan. Itu kebutuhan yang tidak bisa dihindari ya,” tutur Hasanuddin.

Kepentingan Kamuflase

Purnawirawan Mayor Jenderal TNI itu menyebut, perubahan seragam TNI tidak didasarkan pada alasan suka atau tidak suka.

Menurutnya, pihak TNI tentu sudah memiliki kajian mengenai kebutuhan akan seragam lapangan.

“Mana yang paling cocok dari sisi kamuflase,” kata Hasanuddin.

Politikus PDI-P itu menyebut, seragam Loreng Malvinas yang sebelumnya digunakan prajurit TNI terlalu hijau bagi mereka yang menjalankan misi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Perubahan, kata dia, disesuaikan dengan situasi medan lapangan dan operasi di dalam maupun luar negeri.

“Di misi PBB baju kita yang lama terlalu hijau,” tutur Hasanuddin.

0 Response to "Strategi Kamuflase di Balik Warna Hijau Baru Seragam TNI yang Gantikan Empat Dekade Loreng Malvinas"

Post a Comment